Berbicara dengan bahasa yang benar dan dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk
bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait
dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada suatu kondisi
tertentu, yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa. Seperti sudah saya
jelaskan tadi, penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku.
Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain
adalah disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi,
campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan
dalam komunikasi resmi .
Ketika SBY berpidato di hadapan ribuan anak pada perayaan Hari Anak 29 Agustus
lalu. Dengan sasaran pidato anak-anak, SBY menggunakan bahasa “tingkat tinggi”
yang sulit untuk dipahami oleh anak-anak. SBY juga menggunakan istilah-istilah
Bahasa Inggris, dimana tidak semua anak mengerti bahasa Inggris. Apalagi,
istilah Inggris yang diucapkan SBY, adalah istilah yang menyangkut konteks
pembangunan, bukan istilah bahasa Inggris sehari-hari yang dekat dengan dunia
anak.
Berikut beberapa
contoh bahasa Inggris yang diucapkan SBY dalam pidatonya pada ribuan anak:
·
Mindset
·
Culture
shock
·
Future
shock
·
all
the flowers of all the tomorrows are in the seeds today
Yah,
jelas saja kalau anak-anak bosan, mengantuk, dan bahkan ada yang tertidur.
Karena, bahasa yang digunakan itu terasa “jauh” dari dunia anak-anak.
Jadi,
jelaslah bahwa berkomunikasi dalam bahasa yang sesuai dengan lawan bicara,
adalah syarat penting demi tercapainya tujuan komunikasi. Semua tergantung diri
untuk memahami “apa dan siapa” lawan bicara dan mencoba berbicara dalam ranah
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar